Selasa, 16 Juni 2015

Ramadhan Menjadi "Ancaman" bagi Masyarakat Kecil ?



Bualan Ramadhan adalah bulan suci yang sangat ditunggu-tunggu oleh Umat Islam di Indonesia bahkan di seluruh Dunia, karena pada bulan tersebut penuh dengan keberkahan, sehingga segala persiapan dilakukan baik mental, spiritual  maupun materi.
Secara materil masyarakat menyikapinya dengan berbelanja untuk memenuhi stok sembako yang diperlukan di bulan ramadhan, sehingga permintaan sembako menjelang bulan ramadhan mulai meningkat secara signifikan, hal inilah yang menyebabkan melonjaknya harga Sembilan bahan pokok.
Bagi masyarakat yang berpenghasilan lumayan perubahan harga sembako dianggap rutinitas tahunan yang dapat  disikapi secara wajar dimana mereka harus merogoh kocek lebih dalam, tetapi bagi mereka yang penghasilan paspasan terpaksa harus mencari penghasilan tambahan jika memungkinkan, bahkan tidak sedikit yang terpaksa mencari pinjaman.
Bulan suci ramadhan yang seyogyanya menjadi bulan keberkahan, karena situasi ekonomi yang tidak memungkinkan sehingga tidak sedikit masyarakat yang harus menanggung beban diluar kemampuannya dan akhirnya gelap mata untuk melakukan tindakan melawan hokum hanya demi memenuhi nafkah keluarganya.
Bagi  sebagian masyarakat yang kreatif dan responsive terhadap peluang justru bulan ramadhan  benar-benar bulan yang penuh berkah karena dengan banyaknya permintaan akan barang danjasa untuk keperluan bulan ramadhan akan menjadi peluang bagi mereka untuk menciptakan produk yang dibutuhkan seperti beraneka kuliner khas bulan ramadhan diantaranya kolek, sop buah segar,   kolang kaling, dan lain-lain.
Seperti yang sering kita  saksikan dalam kehidupan sehari-hari selama bulan ramadhan diberbagai tempat seperti di pasar harian, di halaman masjid, di alun alun kota bahkan di tempat-tempat yang semula bukan merupakan tempat jual beli dimanfaatkan untuk menjual barang dagangan yang dibutuhkan masyarakat di bulan ramadhan.
Sebagai ilustrasi kita dapat melihat seorang ibu penjual eceran sembako dengan penuh gairah sambil menggendong anak melayani pembelinya, ada juga seorang kakek-kakek tua penjual kolang-kaling yang dengan semangat melayani pembelinya, ada juga penjual pakaian obralan berorasi untuk menawarkan dagangannya kepada pembeli yang berkerumun sambil memilih-milih pakaian yang di tawarkannya.
Penomena masyarakat yang terjadi  di bulan ramadhan membawa dampak yang sangat luas terhadap sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia secara luas, maka pemerintah sebagai pemangku kebijakan harus dapat mengatur dengan baik sehingga bulan penuh rahmat ini menjadi benar-benar terwujud.
Semua penomena yang ada di masyarakat menjelang bulan ramadhan bukanlah suatu ancaman melainkan  potensi yang sangat besar dan jika disikapi dengan bijak akan mampu meningkatkan ekonomi  masyarakat, Potensi tersebut apabila dikembangkan akan mampu menjadi momentum  yang tepat untuk mewujudkan ekonomi masyarakat sejahtera.
Bisa dibayangkan perputaran uang disaat bulan ramadhan bahkan menjelang idul fitri meningkat berpuluh kali lipat dari biasanya, mobilitas penduduk meningkat drastis, tapi sayang setelah ramadhan usai kegiatan ekonomi masyarakat kembali  seperti biasanya bahkan mundur beberapa kali lipat, apakah ini yang dikatakan dengan istilah the bable economic atau ekonomi gelembung yang sesaat bisa membesar dan tidak lama kemudian mengempis kembali atau bahkan pecah.
Sebuah pertanyaan kembali terlontar  kepada diri kita apakah bulan ramadhan ingin menjadi berkah pada diri kita ataukah sebaliknya, jawabannya tergantung bagaimana kita mengelola potensi yang begitu besar tersebut.
Sebaiknya pemerintah, elit politik, pakar ekonomi, dan tokoh masyarakat, serta pemuka agama bahu - membahu untuk mendesain rencana strategis yang terbaik agar bisa menjawab tantangan dan peluang tersebut demi  masyarakat yang lebih baik di masa mendatang. Karena Ramadhan adalah bulan semangat dan motivasi untuk memperbaiki
Maka, untuk meraih kehidupan yang lebih baik harus dilakukan dengan memperkuat aspek ekonomi itu sendiri. Kebangkitan ekonomi masyarakat hanya akan terwujud apabila melalui tata cara yang islami, ketika  ekonomi yang  islami dapat terwujud  dan menjadi landasan aktivitas perekonomian umatnya.
Pesan yang tersirat dari Ramadhan patut dijadikan masukan dalam membangun perekonomian masyarakat  ke depan. Pembangunan harus dimulai dengan membangun nilai nilai ekonomi yang islami dalam kehidupan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sampaikan komentar anda demi meningkatnya kwalitas blog ini